
EBITDA dalam Bisnis: Defisini, Fungsi, dan Cara Menghitungnya
Sovia
Dalam menjalankan bisnis, memahami kondisi keuangan secara menyeluruh adalah hal yang sangat penting. Salah satu metrik yang sering digunakan untuk menilai kinerja operasional sebuah bisnis adalah EBITDA.
Meskipun istilah ini sering muncul dalam laporan keuangan, masih banyak pelaku usaha yang belum sepenuhnya memahami arti dan fungsi EBITDA dalam pengambilan keputusan bisnis.
Artikel ini akan membahas secara lengkap apa itu EBITDA, fungsi utamanya, serta cara menghitungnya dengan benar agar kamu bisa mengevaluasi performa bisnis secara lebih objektif dan terarah.
Apa Itu EBITDA?
EBITDA adalah ukuran pendapatan kotor perusahaan sebelum dikurangi beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Meski belum menunjukkan angka akhir, EBITDA bisa memberi gambaran awal soal potensi keuntungan perusahaan.
Perlu dipahami, EBITDA bukan laporan keuangan resmi dan tidak mencerminkan arus kas perusahaan secara menyeluruh. Karena belum mencakup semua beban, catatan ini tidak cukup untuk menilai nilai penuh suatu bisnis.
Namun, EBITDA tetap berguna sebagai salah satu indikator kinerja keuangan yang sering dijadikan acuan alternatif. Investor, pemilik bisnis, hingga lembaga pemeringkat sering menggunakan EBITDA dalam proses evaluasi perusahaan.
EBITDA dipengaruhi oleh empat komponen Utama, yaitu bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Berikut penjelasannya:
1. Bunga (Interest)
Bunga muncul dari pinjaman yang digunakan perusahaan untuk menjalankan operasionalnya. Setiap perusahaan punya struktur modal berbeda, sehingga jumlah bunganya pun tidak sama.
Dengan mengabaikan bunga, perusahaan bisa membandingkan performa antar bisnis secara lebih objektif. Meski begitu, pengelolaan bunga tetap penting untuk menjaga efisiensi keuangan.
2. Pajak (Tax)
Pajak adalah kewajiban resmi yang harus dibayarkan kepada negara oleh perusahaan maupun individu.
Besarnya pajak dipengaruhi oleh lokasi dan peraturan yang berlaku di masing-masing wilayah. Jika tidak dibayarkan, perusahaan bisa dikenakan sanksi sesuai peraturan perpajakan yang berlaku.
3. Depresiasi (Depreciation)
Depresiasi adalah penurunan nilai aset berwujud seiring waktu karena pemakaian. Contohnya seperti mesin atau kendaraan operasional yang nilainya terus menyusut. Biaya ini dicatat selama masa manfaat aset dan memengaruhi nilai EBITDA.
4. Amortisasi (Amortisation)
Amortisasi berlaku untuk aset tak berwujud, seperti hak cipta atau lisensi. Nilai aset ini juga menyusut selama masa manfaat ekonominya.
Selain itu, amortisasi juga bisa merujuk pada pelunasan utang secara berkala sampai jatuh tempo.
Fungsi EBITDA secara Umum
Sumber: freepik.com
EBITDA memang bukan cerminan arus kas yang sesungguhnya. Tapi, di sisi lain, angka ini punya banyak kegunaan penting dalam analisis bisnis. Berikut beberapa fungsi EBITDA yang perlu kamu tahu:
1. Membandingkan Tingkat Keuntungan
EBITDA membantu menganalisis dan membandingkan profitabilitas antar perusahaan dalam satu industri. Ini karena dampak dari keputusan akuntansi bisa disingkirkan dari perhitungan.
2. Memberikan Fleksibilitas Pelaporan
Karena EBITDA bersifat non-GAAP, perusahaan punya keleluasaan lebih saat menyusun laporan keuangannya. Akuntan juga bisa membuat laporan yang lebih sesuai dengan kondisi internal perusahaan.
3. Menunjukkan Keuntungan Operasional
EBITDA bisa dipakai untuk menilai efisiensi operasional bisnis. Dengan kata lain, kamu bisa tahu seberapa baik bisnis menghasilkan keuntungan dari kegiatan utamanya.
4. Menggambarkan Potensi Keuntungan
EBITDA sering dipakai sebagai indikator untuk mengevaluasi potensi profit suatu bisnis. Namun, perlu diingat bahwa perhitungan ini tidak mencakup arus kas nyata.
5. Membantu Proses Valuasi
Dalam valuasi bisnis, EBITDA digunakan sebagai dasar untuk menghitung rasio seperti EV/EBITDA. Ini berguna untuk menentukan seberapa besar nilai suatu perusahaan dibandingkan pesaingnya.
6. Sebagai Alternatif Laba Bersih
Dalam kondisi tertentu, EBITDA dapat digunakan sebagai alternatif dari laba bersih. Terutama saat ingin melihat performa tanpa campur tangan biaya pendanaan dan pajak.
7. Menyederhanakan Analisis Arus Kas
Meskipun tidak sepenuhnya akurat, EBITDA bisa memberi gambaran awal tentang arus kas dari kegiatan operasional. Hal ini penting untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan uang dari bisnis utamanya.
Cara Perhitungan EBITDA
Setelah memahami konsep dasarnya, sekarang waktunya mengenal cara menghitung EBITDA. Perlu diingat, EBITDA bukanlah keuntungan akhir karena belum mencakup bunga, pajak, dan elemen keuangan lainnya.
Kamu bisa menghitung EBITDA menggunakan dua ebitda formula yang umum dipakai dalam laporan keuangan. Rumus ebitda yang pertama adalah:
EBITDA = Laba Operasional + Depresiasi + Amortisasi
Contohnya, PT Sukses Sejahtera mencatat laba operasional sebesar Rp750 juta. Biaya amortisasi perusahaan adalah Rp60 juta dan beban depresiasi sebesar Rp40 juta.
Maka, perhitungannya menjadi:
EBITDA = Rp750.000.000 + Rp60.000.000 + Rp40.000.000 = Rp850.000.000
Selain itu, kamu juga bisa menggunakan rumus ebitda berikut:
EBITDA = Laba Bersih + Bunga + Pajak + Depresiasi + Amortisasi
Rumus ini membantu menampilkan profit operasional tanpa terpengaruh struktur utang atau kebijakan pajak perusahaan.
Setelah menghitung EBITDA, hasilnya bisa digunakan untuk analisis profitabilitas, terutama saat membandingkan antar perusahaan dalam satu industri.
Jika tren EBITDA perusahaan meningkat dari tahun ke tahun, artinya profitabilitasnya juga semakin baik. Tapi tentu saja, kamu tetap perlu mempertimbangkan elemen lain dalam laporan keuangan agar analisis lebih akurat dan menyeluruh.
Baca juga: Cara Menghitung Labor Cost agar Bisnis Tidak Rugi
FAQ Seputar EBITDA
Apa yang Dimaksud dengan EBITDA?
EBITDA adalah singkatan dari Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization. Ini adalah ukuran keuntungan operasional bisnis sebelum dikenakan bunga, pajak, serta biaya non-kas seperti penyusutan dan amortisasi.
EBITDA membantu menilai kinerja inti bisnis tanpa dipengaruhi faktor eksternal seperti utang atau perbedaan pajak.
Berapa Nilai EBITDA yang Baik?
Tidak ada angka baku yang pasti karena setiap industri punya standar berbeda. Tapi secara umum, nilai EBITDA yang terus meningkat dari waktu ke waktu menunjukkan bisnis yang sehat dan efisien.
Jika margin EBITDA (EBITDA dibagi total pendapatan) tinggi, itu tanda operasional bisnis dikelola dengan baik dan efisien.
EBIT dan EBITDA Apakah Sama?
Mirip, tapi tidak sama. EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) menunjukkan laba sebelum bunga dan pajak, dan sudah mencakup penyusutan dan amortisasi.
Sementara EBITDA menambahkan kembali penyusutan dan amortisasi ke EBIT untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang keuntungan operasional tanpa pengaruh beban non-kas tersebut.
Apakah EBITDA Sama dengan Laba Kotor?
Bukan. Laba kotor hanya menghitung pendapatan setelah dikurangi harga pokok penjualan (HPP/COGS), belum termasuk biaya operasional seperti sewa, gaji, atau listrik.
Sementara EBITDA mencakup seluruh keuntungan operasional, tapi masih belum dikurangi bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi. Jadi, EBITDA berada jauh di bawah laba kotor dalam struktur laporan laba rugi.
Baca juga: Cara Mudah dan Praktis Membuat Laporan Laba Rugi Penjualan Makanan
Kesimpulan
EBITDA bisa jadi kunci penting untuk membaca performa operasional bisnis kulinermu. Dengan memahami apa itu EBITDA, kamu jadi lebih siap membaca laporan keuangan dengan kepala dingin. EBITDA membantumu menilai efisiensi dan profitabilitas operasional, tanpa harus ribet dengan istilah keuangan yang membingungkan.
Kalau kamu ingin mulai digitalisasi bisnis kuliner, manfaatkan solusi dari ESB. Dari sistem POS yang efisien, sistem ERP yang terintegrasi, pemesanan makanan online, hingga manajemen supply chain dan antrean pelanggan, semuanya bisa kamu kelola lewat satu ekosistem digital. Lebih praktis, efisien, dan bikin bisnis kulinermu makin berkembang. Yuk, mulai transformasi digital bersama ESB sekarang!
