
Cash Conversion Cycle: Pengertian, Rumus, dan Cara Menghitungnya
Sovia
Memiliki cash flow yang sehat dalam bisnis adalah hal penting agar usaha bisa berjalan lancar dan bertahan, tidak terkecuali dalam bisnis kuliner.
Indikator umum seperti pertumbuhan pendapatan dan tingkat keuntungan memang sering diperhatikan, namun ada satu metrik lain yang tak kalah penting.
Metrik ini adalah Cash Conversion Cycle (CCC), yang memberi gambaran seberapa efisien sebuah bisnis mengelola arus kasnya.
CCC adalah alat ukur yang membantu pelaku usaha kuliner memastikan modal kerja berputar dengan cepat, sehingga bisnis tetap stabil meski menghadapi tantangan operasional sehari-hari.
Artikel ini akan membahas secara lengkap apa itu Cash Conversion Cycle, rumus Cash Conversion Cycle, hingga pentingnya CCC bagi bisnis.
Apa Itu Cash Conversion Cycle (CCC)?
Cash Conversion Cycle (CCC) adalah metrik keuangan yang dipakai untuk menilai efisiensi arus kas bisnis.
Melalui perhitungan ini, kamu bisa mengetahui berapa lama modal kerja yang dikeluarkan kembali dalam bentuk kas.
Secara sederhana, CCC menghitung waktu sejak modal digunakan untuk membeli persediaan hingga kas diterima kembali dari hasil penjualan.
Siklus ini mencakup tiga komponen utama, yaitu persediaan, piutang, dan hutang dagang.
Melalui perhitungan ini, kamu bisa melihat apakah bisnis berjalan efektif atau justru membutuhkan perbaikan.
Dalam bisnis kuliner, CCC punya peran besar menjaga stabilitas cash flow. Persediaan bahan baku yang menumpuk atau piutang yang lambat dibayar bisa memperpanjang siklus.
Sebaliknya, jika stok dijaga ideal, piutang tertagih tepat waktu, dan pembayaran ke supplier dikelola dengan strategi yang baik, CCC akan lebih singkat.
Dengan begitu, modal bisa cepat diputar kembali untuk mendukung perkembangan bisnis kuliner.
Mengapa Cash Conversion Cycle Penting bagi Bisnis?
Menjaga arus kas yang sehat menjadi salah satu faktor penentu keberlangsungan usaha.
Cash Conversion Cycle (CCC) berperan penting karena dapat menunjukkan seberapa cepat bisnis mampu mengubah modal kerja menjadi arus kas kembali.
Semakin singkat siklus ini, semakin lancar pula perputaran dana untuk mendukung kebutuhan operasional.
Dalam bisnis kuliner, CCC punya peranan yang lebih krusial. Persediaan bahan baku seperti daging, sayur, dan bumbu memiliki masa simpan terbatas sehingga harus dikelola secara cermat.
Tanpa pengelolaan CCC yang baik, modal bisa tertahan pada stok yang belum terjual, sementara kebutuhan operasional lain tetap harus berjalan.
Selain itu, CCC juga membantu pelaku usaha kuliner memahami keseimbangan antara waktu pembayaran kepada pemasok dan penerimaan dari pelanggan.
Dengan begitu, bisnis dapat menjaga kelancaran cash flow sekaligus meminimalkan risiko kekurangan dana untuk aktivitas sehari-hari.
Cara Menghitung Cash Conversion Cycle
Sumber: freepik.com
Sebelum menghitung cash conversion cycle, pastikan laporan keuangan bisnismu sudah rapi.
Data yang perlu kamu siapkan meliputi pendapatan, harga pokok penjualan (HPP), nilai persediaan, piutang, hutang, serta jumlah hari periode analisis, misalnya 365 hari untuk tahunan.
Kamu bisa menggunakan cash conversion cycle formula berikut:
1. Inventory Days (ID)
Inventory Days menunjukkan rata-rata waktu persediaan berubah menjadi penjualan.
2. Receivable Days (RD)
Receivable Days menunjukkan rata-rata waktu menagih piutang dari pelanggan.
3. Payable Days (PD)
Payable Days menunjukkan rata-rata waktu membayar kewajiban ke pemasok.
4. Hitung Cash Conversion Cycle
Setelah semua komponen didapat, masukkan hasilnya ke dalam rumus cash conversion cycle.
Artinya, restoran tersebut membutuhkan rata-rata 55 hari untuk mengubah modal kerja yang tertanam dalam persediaan hingga kembali menjadi kas.
FAQ Seputar Cash Conversion Cycle
1. Apa itu cash conversion cycle?
Cash conversion cycle adalah metrik yang mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mengubah persediaan dan piutang menjadi kas.
2. Apakah bisnis kuliner skala kecil juga perlu menghitung cash conversion cycle?
Ya, meski skala kecil, CCC membantu pemilik usaha melihat arus kas agar modal kerja tetap sehat.
3. Faktor apa saja yang paling memengaruhi CCC di industri kuliner?
Utamanya adalah kecepatan perputaran stok bahan baku, metode pembayaran pelanggan, dan kebijakan pembayaran pemasok.
4. Apa dampak CCC yang terlalu panjang?
Risiko kas menipis, keterlambatan pembayaran pemasok, hingga potensi kerugian operasional.
5. Bagaimana cara memperbaiki CCC yang terlalu panjang?
Beberapa cara efektif adalah mempercepat penagihan piutang, mengurangi stok berlebih, dan bernegosiasi tempo pembayaran dengan pemasok.
Baca juga: Cara Menghitung dan Meningkatkan ROI untuk Maksimalkan Potensi Bisnis
Kesimpulan
Cash Conversion Cycle (CCC) adalah metrik penting yang membantu bisnis memahami seberapa cepat mereka dapat mengubah persediaan dan piutang menjadi kas.
Dalam industri kuliner, pengelolaan CCC yang baik menjadi kunci agar bisnis tetap likuid, mampu memenuhi kebutuhan operasional harian, dan terus berkembang.
Mengoptimalkan CCC berarti memastikan arus kas berjalan lebih efisien, mengurangi risiko kekurangan dana, serta mendukung pengambilan keputusan strategis untuk jangka panjang.
ESB Order hadir untuk bisnis kuliner dapat beroperasi lebih efisien, menjaga cash conversion cycle tetap sehat, sekaligus mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
Hubungi Tim ESB sekarang untuk mendapatkan demo gratis dan konsultasi langsung, dan temukan bagaimana ESB Order dapat membantu mengoptimalkan arus kas serta meningkatkan profitabilitas bisnismu.
