
Mau Omset Bisnis Naik? Begini Cara Hitung dan Strateginya
Sovia
Bisnis kuliner sering dihadapkan pada margin keuntungan yang ketat, sehingga efisiensi menjadi faktor penting.
Banyak pelaku usaha fokus pada promosi, kualitas produk, atau pelayanan, namun melupakan satu faktor penting, yaitu back office cost.
Back office cost sering dianggap biaya pelengkap, padahal dampaknya sangat signifikan pada profitabilitas bisnis. Ketika biaya ini tidak dikelola, margin keuntungan semakin tertekan.
Artikel ini akan membahas apa itu back office cost, pentingnya efisiensi, serta strategi efektif untuk melakukan back office cost reduction agar bisnis kuliner bisa lebih sehat dan profit maksimal.
Apa Itu Back Office Cost?
Back office cost adalah bagian dari OPEX (operational expenditure) yang muncul dari aktivitas pendukung bisnis. OPEX sendiri adalah seluruh biaya operasional harian yang dibutuhkan agar bisnis bisa berjalan lancar.
Back office cost termasuk di dalamnya, meski sifatnya tidak langsung menghasilkan penjualan. Biaya ini meliputi gaji manajemen, sewa kantor, listrik, air, gudang pusat, hingga kebutuhan administrasi.
Dalam dunia kuliner, back office cost kuliner mulai terasa saat usaha berkembang. Jika baru mengelola satu outlet, biaya ini biasanya belum terlalu diperlukan. Banyak fungsi manajemen masih bisa dirangkap pemilik atau dilakukan langsung di outlet.
Namun, ketika bisnis kuliner ingin memperluas cabang dan membangun organisasi yang lebih profesional, back office cost menjadi penting. Tim khusus seperti HRD, finance, dan marketing akan dibutuhkan. Bahkan, kantor terpisah sering kali menjadi solusi agar koordinasi lebih efektif.
Singkatnya, back office cost kuliner adalah bentuk investasi jangka panjang. Biaya ini membantu bisnis kuliner lebih terstruktur, siap ekspansi, dan mampu menjaga profitabilitas dalam industri F&B yang sangat kompetitif.
Pentingnya Back Office Cost dalam Bisnis Kuliner
Back office cost memegang peran penting dalam pertumbuhan bisnis kuliner. Tanpa pengelolaan yang tepat, perkembangan bisnis bisa terhambat.
Seiring bertambahnya cabang dan target pertumbuhan yang agresif, kebutuhan profesional khusus semakin mendesak. Posisi seperti finance, marketing, hingga supply chain menjadi sangat dibutuhkan.
Kehadiran tenaga profesional tentu menambah biaya operasional. Mulai dari gaji, kantor, hingga fasilitas kerja akan menjadi beban baru.
Namun, biaya tersebut bukan sekadar pengeluaran. Dengan manajemen yang tepat, back office cost dapat menjadi keunggulan kompetitif.
SDM yang kuat membantu bisnis kuliner lebih siap bersaing di pasar. Mereka juga mendukung pencapaian target dengan strategi yang lebih terukur.
Di sisi lain, organisasi yang profesional meningkatkan nilai bisnis di mata investor. Investor lebih percaya pada perusahaan dengan manajemen yang solid.
Oleh karena itu, back office cost saving menjadi langkah penting. Strategi ini memastikan biaya operasional tetap efisien tanpa mengurangi kualitas kerja.
Dengan pengelolaan yang tepat, back office cost bukan beban, melainkan investasi untuk pertumbuhan bisnis kuliner yang berkelanjutan.
Baca juga: Pricing Sebagai Kunci Utama Penjualan: Pahami Tujuan dan Strategi Efektifnya
Strategi Mengurangi Back Office Cost Bisnis Kuliner
Sumber: freepik.com
Mengurangi back office cost bukan berarti memangkas secara sembarangan. Strategi yang tepat justru meningkatkan efisiensi sekaligus menjaga kualitas. Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan:
1. Pemetaan Proses Bisnis
Langkah awal back office cost reduction adalah memahami alur kerja secara detail. Dengan memetakan proses, kamu bisa menemukan duplikasi pekerjaan, hambatan manual, dan penggunaan tools yang kurang efektif. Transparansi ini membantu menentukan langkah otomatisasi, perbaikan alur, dan penghematan biaya jangka panjang.
2. Penempatan Peran secara Tepat
Pastikan setiap orang menjalankan tugas sesuai keahliannya. Hindari pemilik atau staf senior menangani tugas administratif yang bisa didelegasikan. Dengan penempatan peran yang tepat, produktivitas meningkat dan waktu manajemen bisa difokuskan pada strategi pertumbuhan bisnis kuliner.
3. Investasi Teknologi yang Tepat
Teknologi adalah kunci utama back office cost reduction. Pilih solusi digital yang benar-benar mendukung kebutuhan operasional.
Misalnya, menggunakan ESB yang menghadirkan sistem terintegrasi untuk manajemen pesanan, inventori, hingga laporan keuangan. Dengan tools seperti ini, bisnis kuliner bisa mengurangi pekerjaan manual, mencegah duplikasi data, dan meningkatkan efisiensi kerja secara signifikan.
4. Menjaga Rasio Back Office Cost
Persentase ideal back office cost biasanya berkisar 3–5% dari total pendapatan. Pada fase pertumbuhan cepat, angka ini bisa lebih tinggi, bahkan di atas 10%. Namun, seiring bertambahnya cabang, persentasenya akan menurun karena tim yang sama mampu mengelola skala bisnis lebih besar.
5. Fokus pada Perencanaan dan Prioritas
Pertumbuhan agresif memang membutuhkan investasi besar, namun pengelolaannya harus hati-hati. Jangan biarkan back office cost membebani profit hingga menimbulkan masalah keuangan. Prioritaskan pengeluaran, lakukan evaluasi berkala, dan siapkan strategi cash flow yang matang.
Dengan strategi ini, back office cost reduction tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga memperkuat fondasi bisnis kuliner agar tumbuh berkelanjutan.
FAQ – Semua yang Harus Kamu Tahu Tentang Back Office Cost
1. Mengapa back office cost penting dalam bisnis kuliner?
Biaya ini mendukung pertumbuhan bisnis kuliner melalui manajemen yang lebih profesional, terstruktur, dan siap untuk ekspansi.
2. Berapa persentase ideal back office cost?
Umumnya berkisar 3–5% dari total pendapatan. Pada fase pertumbuhan cepat, persentasenya bisa lebih tinggi.
3. Apa risiko jika back office cost tidak dikelola dengan baik?
Risikonya bisa berupa beban biaya berlebihan, profit yang menurun, bahkan gangguan pada rencana pertumbuhan bisnis.
4. Apa saja contoh back office cost di industri kuliner?
Contohnya gaji tim manajemen, sewa kantor, biaya gudang pusat, serta dukungan administrasi.
5. Apa risiko jika back office cost terlalu tinggi?
Profit bisa tergerus, arus kas terganggu, bahkan bisnis bisa terjebak utang.
Baca juga: 10 Strategi Cost Control agar Biaya Operasional Restoran Lebih Terkendali
Kesimpulan
Efisiensi back office cost adalah kunci agar bisnis kuliner tetap sehat dan menguntungkan. Mulai dari pemetaan proses, pembagian peran, hingga penggunaan teknologi, semua strategi ini penting dilakukan.
Untuk membantu manajemen lebih efisien, gunakan ESB Core, sistem ERP yang dirancang khusus untuk bisnis kuliner. ESB Core memudahkan pengelolaan inventory, HPP, pergerakan stok, hingga laporan keuangan lengkap seperti balance sheet, profit & loss, trial balance, dan cash flow management.
Pantau kinerja bisnis secara real time dari mana saja, kelola semua cabang dalam satu sistem, dan capai profit maksimal dengan solusi digital dari ESB.
