SHARE

Tren Usaha Kuliner 2025: Milenial dan Gen Z Kini Lebih Memilih Brand Lokal

Febbi S
Tren Usaha Kuliner 2025

Bayangkan kamu membuka coffee shop kecil di sudut kota.

Kamu menyiapkan latte art yang cantik, dekorasi bergaya minimalis, dan playlist lo-fi yang membuat suasana terasa “internasional”.

Tapi siapa sangka, yang paling ramai dibeli justru menu klepon latte dan pisang goreng modern, bukan minuman ala luar negeri yang kamu kira bakal laris.

Ternyata, perubahan selera ini bukan kebetulan.

Riset terbaru Populix (2025) mengungkap bahwa Milenial dan Gen Z kini lebih memilih brand usaha kuliner lokal dibanding internasional.

Sebanyak 34% responden lebih sering membeli produk lokal, dan 26% lainnya selalu memilih brand lokal karena merasa lebih dekat dengan cita rasa, nilai, dan identitasnya.

Generasi muda tidak hanya membayar makanan. Mereka berinvestasi pada makna cerita, nilai, dan keaslian di balik setiap gigitan.

Kenapa Brand Lokal Kini Lebih Diminati?

Beberapa tahun lalu, banyak orang menganggap yang keren itu adalah brand luar negeri. Namun kini, arah pasar telah berbalik 180 derajat.

Konsumen muda justru bangga mendukung usaha kuliner lokal yang autentik, punya karakter, dan tidak sekadar ikut tren.

Riset Populix menemukan empat alasan utama di balik fenomena ini.

1. Rasa Autentik dan Konsistensi Adalah Segalanya

kopi kenangan dan jco Rasa Autentik

Sumber: techinasia.com / ioicitymall.com.my

Bagi generasi muda, rasa dan konsistensi adalah dua faktor paling penting.

Promosi besar bisa membuat pelanggan datang, tapi rasa yang konsistenlah yang membuat mereka kembali.

Bahkan, 7 dari 10 responden mengaku akan kembali ke restoran yang “rasanya tidak berubah sejak pertama kali mencoba”.

Contohnya bisa kita lihat pada Kopi Kenangan, TUKU, atau Janji Jiwa, tiga brand lokal yang menjaga kualitas rasa meski terus ekspansi.

Mereka membuktikan bahwa cita rasa lokal, jika dikelola dengan baik, bisa bersaing dengan brand global.

2. Visual Penting, Tapi Nilai Lebih Penting

Generasi muda memang lahir di era media sosial, tapi mereka tidak mudah tertipu oleh tampilan semata.

Perempuan cenderung memperhatikan kemasan dan tampilan produk yang Instagrammable, sedangkan laki-laki lebih fokus pada harga dan aksesibilitas menuju restoran.

Namun keduanya sepakat: brand yang punya nilai dan cerita lebih diingat daripada sekadar visual yang indah.

seroja bake yang mengangkat petani lokal

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sebagai contoh: Seroja Bake yang pada setiap kudapannya memiliki cerita. Jika ditarik benang merahnya, masing-masing kudapan memiliki misi untuk menggunakan bahan pangan lokal serta mensejahterakan petani lokal.

Artinya, usaha kuliner yang punya purpose, seperti mendukung petani lokal atau mengangkat bahan daerah, akan lebih mudah membangun koneksi emosional dengan konsumen.

“People don’t buy what you do, they buy why you do it.” – Simon Sinek

3. Tren Makanan Sehat dan “Guilt-Free” Jadi Gaya Hidup

Tren Makanan Sehat dan “Guilt-Free” Jadi Gaya Hidup

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Generasi muda kini ingin makan enak tanpa rasa bersalah.

Populix mencatat peningkatan signifikan pada minat terhadap produk rendah gula, tanpa pengawet, dan berbasis tanaman.

Mereka ingin tetap bisa menikmati dessert, tapi tetap merasa sehat dan bertanggung jawab terhadap tubuh serta lingkungan.

Contohnya:

  • Dessert shop yang menawarkan low-sugar cake kini punya pelanggan tetap dari kalangan profesional muda
  • Coffee shop dengan pilihan oat milk atau plant-based menu mulai tumbuh pesat di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Tren ini menunjukkan pergeseran mindset dari sekadar “makan untuk kenyang” menjadi “makan untuk merasa baik”.

4. Inovasi Rasa dan Loyalitas yang Saling Menguatkan

Sebanyak 48% responden Populix menilai bahwa  mbuat varian rasa baru secara berkala adalah hal wajib agar brand tetap relevan.

Generasi muda cepat bosan. Mereka mencari experience baru tanpa ingin kehilangan identitas rasa yang familiar.

Itulah mengapa brand seperti J.CO dan BreadTalk tetap bertahan: mereka terus berinovasi, tapi tidak pernah meninggalkan DNA produknya.

Sementara brand baru seperti Sambal Bakar Indonesia berhasil viral karena berani menciptakan kategori kuliner baru dari hidangan sederhana.

Apa Artinya untuk Pelaku Usaha Kuliner?

Bagi pemilik bisnis kuliner, riset ini bukan sekadar laporan pasar. Hal ini adalah peta arah industri kuliner 3 – 5 tahun ke depan, yang menentukan apakah brand Anda akan bertahan atau tertinggal

Konsumen muda kini menginginkan pengalaman yang autentik, bernilai, dan berkelanjutan.

Dan kabar baiknya, semua itu bisa diwujudkan oleh brand lokal, asal dikelola dengan strategi yang tepat.

Berikut tiga langkah penting yang bisa kamu mulai hari ini:

1. Temukan dan tampilkan identitas lokalmu.

Temukan dan tampilkan identitas lokalmu.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ceritakan asal-usul produkmu, bahan lokal yang kamu pakai, atau kisah di balik menu andalanmu.

Generasi muda menghargai kejujuran dan keberanian untuk tampil beda.

2. Gunakan data untuk memahami pelanggan.

Dengan sistem digital seperti ESB POS dan OLIN, kamu bisa menganalisis menu terlaris, jam ramai kunjungan pelanggan, hingga memprediksi perilaku repeat order, semuanya didukung oleh data real-time yang akurat. 

Dari situ, keputusan bisnis jadi lebih akurat dan cepat.

3. Inovasi dengan arah yang jelas.

Jangan asal mengikuti tren viral. Setiap inovasi harus tetap nyambung dengan nilai brand-mu.

Misalnya, kalau brand-mu berfokus pada makanan sehat, pastikan inovasi menu tetap mencerminkan komitmen itu.

Studi Kasus Singkat

1. Konsistensi rasa membangun loyalitas

Coffee shop lokal di Bandung mempertahankan resep awalnya selama 5 tahun dan berhasil menjaga rating 4.8 di Google Review tanpa diskon besar.

2. Inovasi sehat memperluas pasar.

Dessert shop yang meluncurkan varian rendah gula naik 30% penjualannya dari segmen perempuan usia 20–35 tahun.

3. Cerita lokal menciptakan engagement.

UMKM kuliner yang menonjolkan bahan lokal dalam kontennya di media sosial berhasil viral organik tanpa iklan berbayar.

FAQ: Tentang Tren Usaha Kuliner 2025

1. Apakah tren brand lokal ini akan bertahan lama?

Iya. Populix memprediksi tren ini akan terus tumbuh seiring meningkatnya kesadaran identitas dan keberlanjutan di kalangan konsumen muda.

2. Apa tantangan terbesar usaha kuliner lokal?

Menjaga konsistensi rasa, mengatur SDM yang efisien, dan memanfaatkan teknologi agar operasional tetap efisien.

3. Bagaimana cara menjaga loyalitas pelanggan Gen Z dan Milenial?

Bangun komunikasi yang personal. Gunakan media sosial untuk bercerita, bukan sekadar menjual.

4. Apakah harus bersaing harga dengan brand besar?

Tidak perlu. Fokuslah pada keunikan produk dan pengalaman pelanggan. Harga hanyalah bagian kecil dari nilai total brand-mu.

Kesimpulan

Tren usaha kuliner 2025 menandai babak baru bagi pelaku bisnis lokal. Generasi muda tidak lagi sekadar membeli makanan, tetapi mencari pengalaman, makna, dan koneksi.

Inilah momentum terbaik untuk memperkuat identitas brand lokalmu. 

Dengan rasa yang konsisten, inovasi yang relevan, dan sistem yang efisien, brand kamu bisa tumbuh menjadi nama besar berikutnya di industri kuliner Indonesia.

Ingin memahami perilaku konsumen muda dan menerapkannya dalam strategi bisnismu?

Belajar langsung membangun bisnis kuliner dari nol bersama mentor berpengalaman di Foodizz Academy melalui program Mentoring Bisnis Kuliner (MBK).

Kelas ini akan membantumu memahami pola pikir Gen Z dan Milenial, serta menyusun strategi brand yang kuat dan tahan lama.

Dan untuk menjaga operasional bisnis tetap rapi dan efisien, gunakan ESB POS dan OLIN by ESB, sistem digital yang memudahkan kamu memantau transaksi, stok, dan performa outlet secara real-time.

Dengan teknologi yang tepat, arah usahamu jadi lebih terukur, efisien, dan siap menghadapi perubahan tren.

SHARE
Promo Kami
Inspirasi Lainnya