SHARE

Minimum Spend: Apa Artinya dan Bagaimana Strateginya untuk Bisnis Kuliner

Briantama Afiq Ashari
minimum spend

Pernah bertanya-tanya apa sebenarnya arti minimum spend saat nongkrong di tempat eksklusif? 

Bukan sekadar jargon—strategi ini punya potensi besar untuk menaikkan omzet tanpa memberi diskon. Yuk, kita bongkar bersama!

Apa Itu Minimum Spend?

Minimum spend adalah jumlah biaya minimal yang harus dikeluarkan pelanggan saat duduk atau pesan tempat, berlaku di restoran, klub, atau venue eksklusif. 

Di tempat seperti La Brisa atau Finns Beach Club, minimum spend diatur berdasar lokasi dan branding mereka.

Baca Juga: Apa pentingnya SOP restoran dan bagaimana contoh penerapannya?

Kenapa Banyak Pebisnis Gagal Memahami Minimum Spend?

Kenapa Banyak Pebisnis Gagal Memahami Minimum Spend?

Sumber: istockphoto

Salah kaprah umum: menganggap ini hanya cocok untuk tempat elite dan membuat pelanggan ilfeel. 

Padahal, yang penting adalah persepsi dan value—kalau pengalaman terasa sepadan dengan harga, pelanggan rela bayar. 

La Brisa dan Finns sukses karena mengemas pengalaman yang mendukung minimum spend mereka secara konsisten.

Strategi Minimum Spend yang Bisa Kamu Terapkan

Gak semua tempat bisa asal pasang minimum spend. Tapi kalau kamu punya konsep yang kuat, sistem ini justru bisa jadi penyelamat saat omzet turun. Ini beberapa strategi yang bisa kamu coba:

1. Minimum Spend Berdasarkan Waktu

Terapkan batasan lebih tinggi di jam ramai, lebih rendah di jam sepi — fleksibel dan adil.

2. Bundling Menu + Minimum Spend

Gabungkan menu paket dengan minimum spend agar pelanggan merasa terlayani, bukan dipaksa.

3. Terapkan di Area Tertentu

Gunakan strategi minimum spend di rooftop, VIP room, atau area premium.

4. Event atau Live Music + Minimum Spend

Tiket masuk gratis, tapi syaratnya ada minimum spend—biasa dipakai di lounge atau hiburan malam.

5. Hadiah atau Loyalty Point

Beri bonus seperti dessert gratis atau poin loyalitas saat minimum spend terpenuhi—mendorong pelanggan kembali.

Strategi-strategi ini mendukung revenue management: memastikan setiap meja menghasilkan pendapatan optimal terutama saat permintaan tinggi

Baca Juga: Pahami Pengertian Hot Kitchen dan Cold Kitchen agar Nggak Gagal Paham!

Contoh: La Brisa dan Finns Beach Club

Kedua venue ini bukan hanya jual makanan—tapi pengalaman. Dari ambience, vibe, hingga service, semuanya dirancang agar pelanggan merasa memenuhi minimum spend sebagai sesuatu yang sepadan, bukan beban. 

Hal ini contoh bagus bagaimana experience selling mengalahkan sekadar jual produk.

Minimum Spend Harus Masuk Akal

Minimum Spend Harus Masuk Akal

Sumber: istockphoto

Jika rata-rata pelanggan menghabiskan Rp80.000, lalu kamu pasang minimum spend Rp150.000 tanpa nilai tambah—pelanggan bisa mundur.

Mulai dengan angka yang realistis (misalnya Rp70.000–90.000), disesuaikan dengan jam kunjungan dan hitung average spending per pelanggan. 

Strategi ini lebih sustainable daripada hanya ingin terlihat mewah.

FAQ: Minimum Spend Untuk Bisnis Kuliner

1. Apa itu minimum spend dan bagaimana cara kerjanya?

Minimum spend adalah jumlah uang minimum yang pelanggan harus keluarkan saat booking atau datang ke venue—tidak ada biaya sewa ruang, tetapi pelanggan harus mencapai angka tersebut dari makanan/minuman yang dipesan.

2. Apa manfaatnya untuk bisnis restoran?

Meningkatkan pendapatan per meja tanpa menaikkan harga, menyaring booking tanpa niat serius, dan menciptakan komitmen pelanggan.

3. Apakah ini hanya untuk restoran mewah?

Tidak. Konsep ini bisa diterapkan mulai dari UMKM jika value yang diberikan sesuai—bukan sekadar penerapan gaya tapi sebagai strategi revenue bijak.

4. Bagaimana cara menerapkannya dengan adil?

Sesuaikan dengan rata-rata spending pelanggan. Sertakan dalam menu, sistem booking, atau info meja agar pelanggan tahu sebelumnya.

5. Apakah kebijakan ini bisa membuat pelanggan marah?

Bisa—terutama bila angka minimum terlalu tinggi tanpa value. Tapi saat dijelaskan sebagai bagian dari pengalaman nilai tambah, persepsi bisa berbeda. 

Di tempat eksklusif seperti Gymkhana atau Hutong di London, minimum spend juga digunakan untuk menghalau influencer atau bot pemesan dengan tujuan konten saja.

Penutup

Minimum spend bukan tindakan jual paksaan, melainkan strategi cerdas untuk menaikkan average spending per pelanggan. 

Saat pelanggan lihat angka Rp100.000 tapi mendapat ambience dan layanan yang worth it, seringnya mereka justru memilih menambah pesanan daripada batal. 

Sistematika ini dorong upselling secara natural, selama informasinya jelas di menu, meja, atau saat reservasi.

Kalau kamu ingin mulai menerapkan ini dengan sistem terintegrasi, gunakan ESB POSLite untuk usaha kecil atau ESB POS untuk bisnis multibranch. 

Semuanya membantu mencatat transaksi, mengatur minimum spend, dan memantau performa secara real time.

Hubungi Tim ESB sekarang untuk solusi business kuliner terbaik!

SHARE
Promo Kami
Inspirasi Lainnya