
Foodporn vs Foodgasm: Mana yang Lebih Menarik Pelanggan?
Sovia
Dunia kuliner bukan lagi sekadar soal rasa. Visual dan emosi jadi bumbu utama yang melengkapi pengalaman menikmati makanan.
Muncul dua istilah yang kerap berseliweran di media social, yaitu foodporn dan foodgasm.
Meski sering digunakan secara bergantian, sebenarnya keduanya punya arti dan efek yang berbeda.
Artikel ini akan mengupas tentang foodporn dan foodgasm, termasuk perbedaannya.
Dengan begitu, bisa lebih paham bagaimana cara memaksimalkan konten kuliner agar menggoda dan relevan di era digital.
Apa Itu Foodporn?
Food porn atau foodporn bukan istilah baru di dunia maya. Kata ini merujuk pada foto makanan yang sangat menggugah selera.
Biasanya, tampilannya dibuat seindah mungkin. Warna yang mencolok, tekstur yang jelas, dan porsi yang memanjakan mata jadi ciri khasnya.
Namun, foodporn tak selalu berarti rapi dan estetik. Justru, istilah ini juga merujuk pada tampilan makanan yang begitu "seronok" alias berantakan secara menggoda.
Contohnya, saus yang melimpah ruah, keju meleleh, atau topping yang tumpah ruah.
Semuanya bertujuan menciptakan reaksi visual yang kuat, sebuah kenikmatan visual yang berlebihan namun menggoda.
Foodporn hadir untuk menciptakan reaksi visual. Tujuannya adalah membuat orang yang melihat langsung merasa lapar.
Atau minimal, tergoda untuk mencoba. Tak jarang, foto-foto foodporn digunakan untuk promosi bisnis kuliner.
Karena tampilannya bisa membuat siapa pun berhenti scrolling dan menatap layar lebih lama.
Istilah food porn sendiri mulai muncul seiring dengan maraknya masyarakat yang gemar memotret makanan untuk diunggah ke media sosial.
Saat ini, makanan bukan sekadar kebutuhan pokok, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup.
Masyarakat kini semakin terekspos pada gambar-gambar makanan yang menggiurkan, sehingga lahirlah istilah ini.
Meski mengandung kata “porn” yang konotasinya cenderung negatif, dalam konteks makanan, istilah ini justru merefleksikan sesuatu yang positif dan menyenangkan secara visual.
Tampilan makanan yang dianggap foodporn biasanya memang berlebihan, vulgar dalam arti penuh kenikmatan, dan sangat menggoda siapa pun yang melihatnya.
Foodporn juga erat kaitannya dengan tren digital. Dari Instagram sampai TikTok, konten makanan yang menggoda jadi primadona.
Bahkan, banyak bisnis kuliner sukses memanfaatkan kekuatan visual ini untuk menarik pelanggan baru.
Di era digital saat ini, visual adalah segalanya, dan foodporn menjadi alat yang ampuh untuk menarik perhatian sekaligus membangkitkan selera.
Apa Itu Foodgasm?
Istilah foodgasm mengacu pada sensasi luar biasa dan menyenangkan yang dirasakan saat menyantap makanan.
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kenikmatan ekstrem, memuaskan, dan kadang emosional saat menikmati hidangan.
Namun, sensasi foodgasm sebenarnya bukan semata-mata datang dari rasa yang lezat.
Lebih dari itu, foodgasm adalah efek menyenangkan dan tak terduga yang muncul dari perpaduan berbagai elemen, mulai dari rasa, tekstur, aroma, hingga cara menikmati makanan tersebut.
Bisa jadi karena paduan rasa manis dan asin yang pas, kerenyahan yang sempurna, atau bahkan pengalaman pertama mencicipi sesuatu yang baru dan menggugah.
Ekspresi ini sering dipakai untuk menggambarkan momen ketika lidah benar-benar dimanjakan oleh rasa yang melebihi ekspektasi.
Bisa karena makanannya empuk, gurih, creamy, atau punya kombinasi rasa unik yang sulit dilupakan.
Berbeda dengan foodporn yang berfokus pada tampilan visual makanan yang menggoda, foodgasm lebih bersifat personal dan emosional.
Hal ini tentang bagaimana makanan tersebut menyentuh indera dan perasaan seseorang, bahkan bisa memunculkan nostalgia atau kenangan masa lalu.
Menariknya, foodgasm bisa terjadi di mana saja, di restoran bintang lima atau di warung kaki lima.
Intinya bukan pada tempat atau harga makanan, tapi pada pengalaman dan sensasi yang diberikan makanan itu sendiri.
Baca juga: 10 Cara Plating Makanan yang Bagus ala Restoran Bintang 5
Perbedaan Foodporn vs Foodgasm
Sumber: freepik.com
Meski sering dipakai dalam satu kalimat, foodporn dan foodgasm sebenarnya mewakili dua aspek berbeda dalam pengalaman kuliner. Agar lebih jelas, simak perbandingannya lewat tabel berikut:
Dari perbandingan di atas, terlihat bahwa keduanya saling melengkapi.
Kombinasi foodporn dan foodgasm bisa menciptakan pengalaman kuliner yang lengkap, memanjakan mata sekaligus memuaskan lidah.
Buat pelaku bisnis F&B, memahami kedua istilah ini bukan sekadar ikut tren. Ini bisa jadi strategi pemasaran yang efektif. Visual yang menarik bisa membawa traffic. Tapi rasa yang luar biasa akan menciptakan loyalitas.
Baca juga: Mau Restoran Selalu Ramai? Terapkan 9 Strategi Promosi Restoran yang Terbukti Ampuh
Kesimpulan
Foodporn dan foodgasm punya peran yang berbeda, tapi saling mendukung. Yang satu menggoda dari tampilan, yang satu lagi memanjakan dari rasa.
Dalam dunia kuliner yang makin kompetitif, penting untuk menggabungkan keduanya.
Konten yang cantik akan membawa pelanggan ke pintu restoran. Tapi rasa yang memikat akan membuat mereka datang kembali.
Kunci suksesnya ada pada keseimbangan antara visual dan pengalaman makan yang autentik.
Digitalisasi bisnis kuliner dengan berbagai solusi terintegrasi dari ESB. ESB hadir sebagai solusi lengkap untuk transformasi bisnis F&B.
Mulai dari sistem POS yang praktis, ERP yang terintegrasi, pemesanan makanan online, hingga manajemen supply chain dan sistem antrean pelanggan.
Yuk, hubungi tim ESB sekarang dan konsultasikan kebutuhan bisnismu!
