
Contoh Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang Metode Periodik
Briantama Afiq Ashari
Pernah merasa bingung saat belajar jurnal penyesuaian persediaan, terutama metode periodik? Kamu tidak sendiri!
Banyak yang sering keliru mencatatnya—padahal ini penting untuk akurasi laporan keuangan, terutama dalam bisnis kuliner.
Yuk, bahas dari dasar sampai contoh konkret agar kamu makin paham!
Kenapa Jurnal Penyesuaian Gak Boleh Dilewatkan?
Bisnis seperti restoran punya pergerakan stok barang dagang (bahan baku) yang berubah–ubah sepanjang waktu.
Jurnal penyesuaian adalah cara untuk memastikan laporan keuangan mencerminkan kondisi yang sebenarnya—termasuk HPP (Harga Pokok Penjualan) yang tepat dan stok akhir yang valid.
Tanpa penyesuaian ini, laporan bisa melenceng jauh dari realita bisnis.
Baca Juga: Pahami Pengertian Hot Kitchen dan Cold Kitchen agar Nggak Gagal Paham!
Apa Itu Metode Periodik?
Setelah paham pentingnya penyesuaian, sekarang waktunya kita fokus ke metode yang sering dipakai, yaitu metode periodik.
Dalam metode ini, pencatatan persediaan nggak dilakukan setiap transaksi, tapi di akhir periode aja.
Jadi, jurnal penyesuaian persediaan barang dagang akhir akan muncul saat kamu menutup buku di akhir bulan atau akhir tahun.
Beda banget sama metode perpetual yang update terus tiap transaksi, metode periodik lebih simpel, cocok banget buat usaha skala menengah kayak restoran atau kafe.
Apalagi kalau sistem stok-nya belum digital. Nah, di sinilah jurnal penyesuaian persediaan barang dagang metode ikhtisar laba rugi juga berperan penting.
Langkah-Langkah Buat Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang
Biar kamu nggak bingung, yuk bahas step by step-nya. Simak baik-baik ya:
- Catat saldo persediaan awal
- Hitung total pembelian (termasuk biaya angkut, potongan, retur)
- Lakukan stock opname untuk menemukan saldo persediaan akhir.
- Hitung Harga Pokok Penjualan (HPP):
- Buat dua jurnal penyesuaian:
- Tutup akun pembelian ke persediaan: Pembelian → Persediaan
- Catat HPP: HPP → Persediaan
Contoh Kasus Nyata
Misal, neraca saldo PT. Abadi menunjukkan:
- Persediaan Awal: Rp 24.000.000
- Pembelian Bersih: Rp 174.000.000 (161 juta pembelian + 10 juta biaya angkut – 4 juta diskon dan retur)
- Stock opname akhir periode: Rp 31.000.000.
Perhitungan HPP:
24.000.000 + 174.000.000 – 31.000.000 = Rp 167.000.000
Maka, jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Sehingga saldo persediaan di buku sesuai dengan hasil stock opname: Rp 31.000.000
Perbandingan Metode Perpetual vs Periodik
Sumber: istockphot
Biar makin jelas, kita bahas sedikit perbandingannya. Di metode perpetual, kamu langsung catat keluar-masuk barang setiap kali transaksi. Gak perlu tunggu akhir periode.
Namun, metode ini butuh sistem yang canggih dan lebih cocok buat bisnis besar, sedangkan jurnal penyesuaian persediaan barang dagang metode periodik lebih simpel.
Kamu cuma butuh perhitungan fisik di akhir periode, lalu masukkan ke jurnal penyesuaian persediaan barang dagang.
Baca Juga: Tips Bisnis Kuliner di Usia Muda
Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
Walaupun kelihatannya gampang, tetap banyak yang suka keliru. Beberapa kesalahan yang sering muncul:
- Salah memasukkan nilai persediaan awal/akhir
- Menempatkan akun debit/kredit yang keliru (HPP vs Persediaan)
- Tidak paham cara kerja “ikhtisar laba rugi”.
Kenapa Pebisnis Kuliner Wajib Paham Ini?
Sumber: istockphoto
Di restoran, stok bahan baku itu aset penting. Salah hitung bisa bikin laporan keuangan kacau dan bikin kamu rugi.
Dengan memahami jurnal penyesuaian persediaan, kamu bisa memastikan manajemen stok dan biaya lebih akurat—sehingga keputusan bisnis lebih tepat.
FAQ tentang Jurnal Penyesuaian Persediaan (Metode Periodik)
1. Kenapa kita butuh jurnal penyesuaian persediaan?
Karena mencatat stok dan HPP hanya dengan transaksi tanpa penyesuaian akhir bisa menghasilkan laporan keuangan yang tidak akurat.
2. Apa bedanya metode periodik dan perpetual?
Periodik mencatat stok hanya di akhir periode, sedangkan perpetual mencatat stok setiap transaksi.
3. Bagaimana menghitung HPP dengan metode periodik?
Formula: HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir
4. Contoh jurnal penyesuaian akhir periode apa?
Misalnya, debit HPP dan kredit Persediaan untuk mencatat HPP sesuai hasil stock opname.
5. Apa dampaknya jika tidak melakukan jurnal penyesuaian?
Aset persediaan dan beban (HPP) bisa keliru, laba rugi tidak representatif, dan strategi bisnis bisa melenceng.
Penutup
Memahami jurnal penyesuaian persediaan metode periodik bukan sekadar teori, ini penting untuk memastikan laporan keuangan bisnis kuliner kamu tetap akurat dan profesional.
Kalau kamu ingin memudahkan penyesuaian persediaan tanpa ribet manual, saatnya gunakan ESB Core. Sistem ini otomatis mengelola stok, HPP, dan laporan keuangan dengan lebih cepat dan efisien.
Hubungi Tim ESB sekarang untuk solusi akuntansi dan stok menyeluruh!
